Mengenal Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Billy N. <billy@KonsulSehat.web.id>
Kata ‘demam berdarah’ adalah suatu kata yang sepanjang tahun sering diucapkan karena penyakit ini menjadi salah satu penyakit tersering penyebab masyarakat mengalami rawat inap di rumah sakit & cukup fatal sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akut (segera) yang banyak ditemukan di negara tropis seperti Indonesia yang disebabkan oleh virus dengue yang terdiri dari 4 golongan (serotipe). Virus ini disebarkan & masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai ‘nyamuk siang’. Virus dengue hanya dapat ditularkan ke orang lain oleh nyamuk Aedes dari penderita DBD yang masih/sedang mengalami demam.
Gejala dari DBD yang utama adalah demam yang mendadak tinggi yang disertai oleh pegal-pegal atau nyeri sendi/otot, nyeri kepala, & kadang disertai oleh bintik-bintik merah di kulit. Gejala lain yang mungkin timbul pada orang-orang tertentu adalah mual, muntah, & nyeri perut. Demam pada DBD memiliki ciri khas yang disebut demam ‘pelana kuda’ atau 2 fase (bifasik), demam pada beberapa hari pertama, sempat menurun, lalu kembali naik.
Yang menyebabkan bahayanya DBD adalah di awal penyakit ini seperti penyakit flu-pilek biasa atau demam yang tiba-tiba membaik setelah 3-4 hari padahal serangan penyakit belum berhenti yang menyebabkan terlambatnya penderita memperoleh pertolongan & mengakibatkan kematian. Dokter pun kadangkala salah menegakkan diagnosis penyakit ini akibat tidak khasnya gejala-gejala DBD di awal.
Dalam pemeriksaan laboratorium darah rutin, akan ditemukan penurunan jumlah trombosit (komponen darah yang berfungsi dalam pembekuan darah) yaitu lebih rendah dari 100 ribu per mm kubik & pengentalan darah yang membuat meningkatnya nilai hematokrit. Kadang jika dibutuhkan dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa tes serologi untuk memastikan bahwa penyakit tersebut adalah benar DBD.
Pada penyakit DBD yang telah bertambah parah, sering terjadi perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit. Paling sering terjadi adalah perdarahan saluran cerna yang ditandai dengan muntah darah, tinja berwarna hitam seperti aspal, atau bercampurnya tinja dengan darah segar, ini tergantung dari lokasi perdarahan. Selain itu, bisa juga terjadi perdarahan gusi, bintik-bintik perdarahan di bawah kulit setelah dilakukan tes bendungan, lebam merah di bawah kulit secara spontan, & perdarahan di tempat suntikan yang sulit berhenti.
… baca kelanjutan tulisan ini di www.konsulsehat.web.id
(c)KonsulSehat
Tinggalkan Balasan